Thursday, June 9, 2011

Wajah Muram Bumi di Film Dokumenter


Matahari menyembul biru dari balik sebuah planet biru yang berselimut awan. Sinar emasnya memberi kehangatan pada seluruh penghuni planet. Permukaan planet biru semakin semakin terlihat dekat. Awan terhampar serupa tanah lapang negeri antah berantah, puncak gunung bersepuh salju, cadas menjulang bagai angin meremas langit. Padang pasir dan air terjun raksasa menunjukan keseimbangan. Warna langit diawali dengan gelap, lalu biru muda, biru tua, menuju lembayung senja. Burung-burung berarakmengantar matahari ke belahan bumi lain.
Suatu kawasan di planet biru telihat gelap. Salju menutupi permukaan dataran planet. Seekor beruang salju jantan berbulu putih kekuningan tersaruk-saruk di kegelapan, sendiri menentang udara dingin. Badai salju merajai suasana. Bumi terlihat muram, sampai akhirnya sang surya datang kembali. Membawa terang, membagi kehangatan. Semesta alam bertasbih menyambutnya, termasuk seekor beruang kutub betina. Mamalia bertubuh besar itu keluar dari lubang salju. Dua beruang kecil mengikuti. Pagi itu adalah pengalaman pertama mereka bertemu sang raja siang.
Sayangnya, raja siang yang ramah seolah marah . Sinarnya begitu kuat hingga melelehkan permukaan salju. Ikan, makanan utama para beruang susah didapat. Ibu beruang bersama ketiga anaknya terpaksa bermigrasi, mencari tempat tinggal baru yang lebih nyaman danjuga banyak terdapat makanan. Lika-liku keluarga beruang mencari tempat tinggal baru inilah alur dari film Earth, sebuah film dokumenter yang sudah lama beredar di bioskop-bioskop Indonesia. Konflik utama dari film ini adalah dampak pemanasan global dengan tokoh utama para binatang.

Ulah Manusia
Melalui Earth Patrick Stewart yabg dikenal sebagai professor Charles Xavier dalamtrilogi film X-Men, mengajak penonton menyimak ulah manusia yang harus ditanggung oleh hewan-hewan yang tidak berdosa. Stewart juga menghidupkan karakter Captain Jean- Luc Picars dalam serial Star Trek : The Next Generation mengaduk-aduk emosi penonton melihat perubahan perangai singa dan beruang. Karena ketiadaan makanan, singa nekat memangsa gajah, beruang kutub menerkam anjing laut. Dengan ilustrasi music yang menghanyutkan mungkin sebagian penonton juga akan menangis melihat gajah yang harus timbul tenggelam dan beruang kutub yang dipaksaserupa lumba-lumba karena lapisan sudah mencair. Pemanasan global membuat ekologi berbagai tempat di permuakaan bumi menjadi semakin tidak bersahabat. Punahnya berbagai spesies binatang tinggal menunggu waktu jika tidak ada langkah penaggulangan pemanasan global.

Fakta Gelap AS
Film lain yang mengangkat tema pemanasan global adalah An Inconvenient Truth. Al gore, mantan wakil presiden AS di era Bill Clinton menjadi bintang utamanya. Film yang sebagian besar berupa presentasi pesaing George W. Bush dalam pilpres AS tahun 2004 lalu ini, memaparkan sebab dan akibat pemanasan global. Volume gletser yang menurun di berbagai belahan dunia, badai Katrina, kenaikan suhu di berbagai kota di dunia, bencana kekeringan, penipisan es di antartika dan mencairnya es di Greenland adalah berbagai dampak pemanasan global yang diangkat salah satu direktur Apple Corporation dan penasihat google ini.
Dalam menyampaikan presentasinya Al Gore menyajikan topik pemanasan global dengan perumpamaan. Misalnya ia mengilustrasikan proses terjadinya efek rumah kaca dengan film kartun serupa Bart simpson. Sinar matahari diibaratkan serupa orang yang sedang berpariwisata, tapi ketika akan pulang dihadang oleh segerombolan preman sehingga tetap berada di bumi. Topik pemanasan global menjadi lebihmudah dimengerti oleh orang awam, juga anak-anak,
Gore juga membuka borok Amerika, Negara yang selalu berkoar-koar membela hak asasi manusia tersebut menyumbang tak kurang 25% karbondioksida pada dunia. Di AS, fakta gelap ini banyak disembunyikan pemerintah dan media masa serta lobi politis dari pihak-pihak yang tidak pro lingkungan . Gore mencotohkan kasus Philip Cooney pada tahun 2003. Cooney yang ketika itu menjabat sebagai staff Gedung Putih tentang lingkungan mendapat memo dari EPA ( U.S. Environmental Protection Agency ) tentang pemanasan global. Cooney memutarbalikkan fakta, menyiarkan laporan yang berbeda dengan isi memo EPA. New York Times mengetahui hal itu dan membongkarnya. Cooney pun mundur dari jabatannya. Tak lama kemudian, Cooney telah menduduki posisi cukup tinggi Exxon-Mobil, perusahaan minyak AS.
Melalui An Inconvenient Truth, Gore mengajak penonton untuk berpikir secara logis. Eksploitasi sumber daya alam berlebihan, penebangan hutan tanpa penanaman hutan kembali, mengubah ekosistem demi kepentingan manusia, pasti mengakibatkan kerusakan alam, manusia juga akhirnya mengalami kerugian. Bukti-bukti kerusakan itu secara jlas disajkan Gore agar penonton sadar, pemanasan global bukan Cuma kampanye omong kosong belaka.

( sumber : ANNIDA No. 11/XVII )

No comments:

Post a Comment