Saturday, June 11, 2011
The Lord of The Rings dan Kematian Bumi
Apakah para pecinta JRR Tolkien, sang penulis novel legenda The Lord of The Rings yang membuat jutaan orang histeria itu dan kemudian “mengimani” filmnya menjadi setengah agama (lewat komunitas LOTR dengan ratusan ribu anggota di seluruh dunia ), adalah orang yang benar-benar percaya kepada tuhan ? Tentu saja kita tidak berhak memutuskan, apakah para pecinta Tolkien “benar-benar percaya”atau “setengah percaya” atau bahkan “tidak percaya pada tuhan sama sekali”. Lagi pula, dalam perbincangan ini, pertanyaan itu memang tidak menjadi tema utama.
Tema utama yang akan kita bahas adalah satu adegan spektakulernya yang membuat senang para pecinta lingkungan yakni ketika imajinasi Tolkien menggerakkan pohon-pohon raksasa yang geram, marah, dan meradanguntuk berperang! Perang terhadap manusia yang telah yang telah dengan semena-mena memusnahkan kaumnya, membakar kaumnya, menistakan kaumnya. Dan para treeberd itu betul-betul bergerak, berlari, mengamuk membabi-buta seperti halnya manusia yang tengah berperang. Nah, pertanyaan antara hubungan Tolkien dengan keimanan kita ( orang islam ) adalah: apakah kita (orang islam) percaya bahwa bahwa pohon-pohon, pada suatu masa, bisa bergerak dan berkomunikasi?
Faktanya, ada banyak (atau mungkin bisa semuanya) menolak alias tidak percaya alias meragukan kemungkinan itu, dan menganggap imajinasi Tolkien hanya sebatas imajinasi. Orang yang percaya bahwa pohon betul-betul secara rill bisa bergerak, berbicara, bahkan “memiliki hati nurani”, barangkali akan langsung dianggap gila. Tidak rasional, tidak waras, mana mungkin pohon bisa berbicara dan bergerak? Itulah kira-kira pendapat secara umum, dan asumsi ini boleh saja di buktikan dengan ( misalnya ) penelitian lapangan sederhana dengan mengajukan angket ke berbagai kalangan.
Iman, yang dalam konsep dasarnya memang tidak mensyaratkan syarat-syarat rasionalitas, kadangkala memiliki kendala serius. Sebagaimana manusia modern, kita selalu terpola dengan konsep pemikiran tentang fakta. Bahwa segala hal bisa dianggap benar jika bisa dirumuskan melalui akal faktanya pohon memang tidak bisa bergerak atau berpindah, lebih-lebih “berbicara”. Dan itu bisa dibuktikan secara kasat mata. Karena pola rasionalitas itu sudah sedemikian mengakar, maka hal-hal yang berada jauh di luar wilayah yang tidak “kasat mata”, kadangkala secara tidak sadar kita abaikan. Meskipun dalam tuntutan iman, hal itu mutlak harus dipercaya.
Sebagaimana pohon dalam imajinasi Tolkien misalnya. Bukankah keimanan bagi umat islam telah berbicara jauh ribuan tahun sebelum Tolkien bicara, bahwa pohon-pohon semuanya berdzikir kepada Allah? “Berdzikir” artina semua berkomunikasi, berbicara! Tidak hanya ayat secara langsung yang mengungkapkan tentang itu, bahkan Allah telah member contoh terhadap anugerah mukjizat yang dberikan kepada Nabi Sulaima, sang Nabi yang dikisahkan mampu berkomunikasi dengan tumbuhan dan hewan. Allah juga telah mencotokan lewat peristiwa yang terjadi terhadap Nabi Muhammad, yang dikisahkan pernah memanggil pohon untuk menghadap, dan menyuruhnya untuk kembali ke tempat asal.
Sekarang percayakah anda bahwa pohon-pohon secara fakta memang bisa berbicara, memiliki emosi (sedih, marah, gembira), dan berinteraksi dengan manusia? Tentu saja, meskipun sudah ditegaskan dalam ayat yang jelas dan kuat, dan dibuktikan lewat mukjizat seorang Nabi, jauh di dasar hati kita masing-masing masih menimpamn keraguan. Berapa persenkah dari kaum kita yang menempatkan tanaman sebagai organisme yang hidup, yang memilik indra, kemampuan setara dengan manusia? Bukankah hanya sedikit saja orang-orang yang marah, sedih, protes, melihat “orang-orang yang mengaku beriman” memperlakukan tanaman tak lebihdari hanya sekedar benda? Dieksploitasi, diracuni, disakiti, dibakar, di bunuh, dan dilenyapkan sesuai kebutuhan manusia. Pertanyaan kecil saja untuk membuktikan itu apakah anda pernah meminta maaf , izin saat Anda secara sadar hendak mematakan ranting pohon atau bahkan mencabut pohon?
Sebuah penelitian dengan metode sains yang ketat, yang dikumpulkan bertahun-tahun oleh Peter Tompkin & Crishtoper Bird barangkali sedikit mempermalukan kita. Penelitian dua ilmuwan tersebut diterbitkan dalam judul Secret Life of The Plant, yang kemudian menjadi salah satu buku Best Seller dunia.
Bukti-bukti mencengangkan tentang bagaimana sesungguhnya tanaman dapat berbicara, mengungkapkan emosi, dengan alat uji sebuah detector ( pengindai ) yang super sensitif dengan metode yang rinci dan akurat, telah menguak misteri besar tentang kekuatan alam yang tidak kasat mata. Tentang bagaimana tanaman dapat mengenali seseorang yang yang menyayanginya dan berusaha berkomunikasi dengannya, memiliki ingatan yang kuat serta sensor yang amat peka terhadap gejala sekelilingnya, menunjukan balas budi terhadap manusia atau sebaliknya menunjukan “kemarahan” saat mereka teraniaya. Sungguh, dedikasi para ilmuwan yang menyelidiki (secara rasional) dan berusaha membuktikannya lewat sederet fakta yang tidak terbantahkan ini. Benarkah kita masih berani mengakui sebagai makhlik yang beriman ?
Dalam hitungan tahun ratusan tahun sejak revolusi industry (kurang lebih 150 tahun saja) telah sedemikian porak poranda tahukah anda, bahwa minyak bumi yang dihamburkan ke udara sesungguhnya adalah kumpulan racun dari tubuh tumbuhan yang jutaan tahun telah “menidurkan dirinya” lantaran tugasnya untuk menyaring radiasi dari udara yang jahat menjadi udara yang baik (yang kemudian racun itu disimpan dalam tubuhnya) telah selesai? Semua mereka lakukan untuk pengabdiannya terhadap makhluk Allah yang lain, yakni manusia dan binatang. Lalu revolusi industri telah mengeluarkan racun yang sengaja disimpan rapat dalam bumi itu, menuju udara. Udara yang kita hisap. Tentu saja tugas tanaman menjadi semakin berat. Ditambah lagi mereka kemudian dibantai tanpa ampun.
[ sumber : Annida No.6/XVII ]
Labels:
ENSIKLOPEBRIAN,
MOVIE,
NEWS
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment