Tuesday, March 8, 2011
Ada Opsi Harga Premium Naik Rp 5000
JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah mewaspadai harga minyak dunia yang kini sudah 117,90 dollar AS per barrel. Menghadapi tekanan harga minyak atas anggaran subsidi bahan bakar, pemerintah antara lain mempertimbangkan opsi menaikkan harga premium sebesar Rp 500 menjadi Rp 5.000 per liter.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta kementerian di bawah koordinasi bidang perekonomian untuk mewaspadai harga minyak dunia yang sudah naik 21 persen hanya dalam dua pekan ini. Krisis politik di Libya dan kawasan Timur Tengah yang kaya minyak menjadi pemicunya.
”Presiden meminta mewaspadai kenaikan harga minyak dunia dan implikasinya pada kenaikan harga yang lain. Kami diminta mengendalikan inflasi dalam negeri dan menjaga stabilitas harga,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa seusai rapat terbatas di Istana Negara, Senin (7/3/2011).
Menurut Hatta, setiap kenaikan harga minyak mentah dunia akan berimplikasi terhadap subsidi yang diberikan negara. Walaupun penerimaan negara dari ekspor minyak meningkat, subsidi juga meningkat sehingga membebani APBN.
Mengantisipasi hal itu, pemerintah berupaya meningkatkan produksi minyak untuk mengurangi beban impor minyak. Langkah penghematan dan percepatan diversifikasi energi terus dilakukan, antara lain program geotermal dan pengurangan penggunaan bahan bakar minyak untuk pembangkit listrik. Terakhir, pemerintah berupaya menghemat penggunaan anggaran.
Ketua Tim Kajian Program Pembatasan BBM Subsidi Anggito Abimanyu menambahkan, pihaknya sudah mematangkan sejumlah opsi kebijakan bersifat jangka pendek sebagai bentuk dukungan atas kebijakan yang sudah disiapkan pemerintah.
”Opsinya antara lain menaikkan harga jual BBM subsidi jenis premium untuk domestik Rp 500 per liter, mengupayakan kestabilan harga jual BBM nonsubsidi hingga pada level kemampuan ekonomi rata-rata masyarakat Indonesia. Opsi terakhir adalah membatasi kuota konsumsi BBM subsidi,” katanya.
Seandainya pemerintah dan legislatif memilih opsi kenaikan harga BBM subsidi, Abimanyu menyarankan ada pengecualian untuk golongan moda transportasi umum. Artinya, kenaikan harga ini hanya untuk kendaraan milik pribadi, jenis sepeda motor dan mobil.
”Hasil kajian tim menunjukkan, dengan menaikkan harga BBM subsidi sebesar Rp 500 per liter, maka akan terjadi penghematan APBN hingga sekitar Rp 15 triliun,” katanya.
Sementara itu, jika pemerintah dan legislatif memilih opsi menjaga kestabilan harga bahan bakar minyak nonsubsidi jenis pertamax, Abimanyu mengatakan, harga jual yang mendekati kemampuan ekonomi rata-rata masyarakat adalah Rp 8.000 per liter. Hal ini didasarkan hasil survei tim pada aspek daya beli masyarakat,
Kemudian kebijakan penjatahan kuota konsumsi premium perlu didukung dengan penerapan sistem kendali terpusat. Penerapannya di lapangan diberlakukan untuk kendaraan umum dan pribadi.
Namun, Hatta Rajasa menegaskan, pemerintah belum memutuskan opsi apa yang dipilih. Ini karena perlu ada pembahasan dan persetujuan dari DPR terlebih dulu. Pembahasan direncanakan Selasa ini.
Anggota Komisi VII DPR, Romahurmuziy, menilai, jika pemerintah memprediksi harga minyak akan terus naik, maka kenaikan harga BBM bersubsidi tidak terhindarkan. Namun, pemerintah harus tetap jalan dengan pengendalian volume BBM bersubsidi karena itu merupakan perintah Undang-Undang APBN 2011.
Selain itu, pemerintah sebaiknya tidak melakukan penjatahan secara sepihak dan pengalihan secara sepihak kepada merek pertamax karena secara psikis hal itu akan menaikkan inflasi kepada semua pengguna kendaraan bermotor.
Inflasi tertahan kurs
Ketakutan harga minyak mentah yang tinggi akan mendorong harga produk lainnya diungkapkan Direktur PT Chandra Asri Petrochemical Tbk Suryandi. Dia mengatakan, apabila harga minyak dunia mencapai 120-130 dollar AS per barrel, hal itu jelas akan mendorong harga produk petrokimia yang ada.
”Kenaikan itu memang memengaruhi harga bahan baku, seperti naptha dan ethylene serta turunannya. Kalau ada peningkatan seperti itu, efek ke produk lainnya akan terlihat paling lama dua minggu hingga satu bulan,” kata Suryandi.
Menurut dia, harga polyethylene di Asia Tenggara kini sudah 1.600 dollar AS per ton, sedangkan harga polypropylene di kisaran 1.800 dollar AS per ton.
Harga ini masih terkendali dibandingkan tahun 2008 saat harga produk tadi mencapai di atas 2.000 dollar AS per ton. Saat itu harga minyak mentah mencapai 146 dollar AS per barrel. Peningkatan harga saat ini dinilai masih bisa dipertahankan. Hanya saja, tenggang waktunya antara dua dan empat minggu saja.
”Kenaikan harga turunan produk kimia ini rupanya masih bisa dinetralisasi dengan penguatan nilai rupiah. Paling tidak, kenaikan kontrak penjualan,” ujar Suryandi.
Kurs rupiah Bank Indonesia pada perdagangan hari Senin tercatat Rp 8.789 per dollar AS. Kurs rupiah ini menguat tipis dibandingkan akhir pekan Rp 8.793.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Anton Supit mengatakan, perekonomian dunia perlu diwaspadai terutama jika harga minyak terus meningkat. ”Kalau harga minyak di pasar dunia mencapai 140 dollar AS per barrel, bukan hanya Indonesia yang terkena, tetapi juga seluruh dunia. Ekonomi akan melambat. Negara yang akan survive adalah yang ekonominya efisien,” tuturnya.
Anton menyayangkan, situasi ekonomi Indonesia tidak masuk dalam kategori menguntungkan. Pemerintah masih memiliki begitu banyak masalah yang belum diselesaikan, antara lain infrastruktur, suku bunga bank yang tinggi, tidak adanya kepastian hukum, dan produktivitas rendah.
Ekonom senior Standard Chartered, Fauzi Ichsan, menyampaikan, komoditas pertanian yang naik cukup tinggi selama enam bulan terakhir adalah komoditas yang tak terlalu banyak dikonsumsi di Indonesia, misalnya kedelai dan gandum.
Justru saat ini harga beras di Asia sudah mulai turun. Kebijakan Indonesia mengimpor beras akan membuat harga beras di Indonesia turun ke harga pasar internasional. ”Penguatan rupiah membantu menekan inflasi impor. Sebab itu diperkirakan inflasi tahun ini tak akan di atas 7 persen,” kata Fauzi.
Ketua Divisi Akuakultur Asosiasi Produsen Pakan Indonesia Denny Indrajaya mengemukakan, kenaikan harga minyak berimbas pada sulit dan mahalnya bahan baku pakan impor. Di beberapa produsen, harga pakan ikan rata-rata naik Rp 150.
Kenaikan harga pakan di antaranya dipicu harga bahan baku tepung ikan yang masih impor yang sudah Rp 16.500 per kilogram, naik Rp 516 dibandingkan Desember 2010. (EVY/OSA/LKT/IDR/ONI/MAS/WHY)
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment